Tuesday, August 4, 2009

Rambut Rontok, mengatasi rambut rontok dengan shampo dan gaya hidup

Para peneliti di sebuah universitas di Finlandia membandingkan para pria yang tetap memiliki rambut di usia pertengahan dan para pria yang sudah mengalami kebotakan sebelum usia 30 tahun. Mereka menemukan bahwa mereka yang mengalami rambut rontok itu memiliki indikasi berisiko mengalami resistensi terhadap insulin yang cukup signifikan.

Resistensi insulin itu berkaitan erat dengan beberapa penyakit seperti hipertensi, atherosclerosis, penyakit pelebaran pembuluh darah, kegemukan dan diabetes. "Anda bisa melawan kebotakan dan risiko-risikonya tersebut dengan cara menjaga berat badan, berolahraga, menghindari merokok, dan mengkonsumsi makanan segar yang sehat," ujar Sirkka Keinanen-Kuikaanneimi, M.D., Ph.D, ketua penelitian tersebut, seperti dikutip Healthscout, sebuah situs kesehatan di Internet. Meskipun yang ia sarankan di atas tidak bisa mengembalikan kembali rambut Anda yang rontok, tapi jurus-jurus itu akan mengurangi risiko Anda untuk terkena gangguan yang lebih serius lagi.
Sebenarnya, setiap orang dianugerahi rambut bercahaya sebab pada akar rambut keluar lemak yang membuat helai-helai rambut tampak mengkilat bercahaya. Inilah yang disebut rambut normal dan sehat. Namun, faktor lingkungan, termasuk perlakuan pada bagian atas kepala itu, membuat rambut kehilangan lemak tersebut. Akibatnya, pertumbuhan rambut pun tidak sehat. Rambut menjadi kering atau rusak. "Rambut itu ibarat tanaman. Dia harus dipelihara dan dipupuk agar tumbuh subur. Namun, jangan berlebihan karena justru akan mengganggu pertumbuhan rambut itu sendiri," kata dr I Gusti Agung K Rata SpKK (K), ahli kulit dan kelamin dari Senopati Skin Center, Jakarta Selatan.

Pemeliharaan rambut yang baik, menurut Rata, cukup dengan dicuci bersih, diberi pelembab, dan orang itu mengonsumsi makanan bergizi. Seberapa banyak rambut harus dicuci setiap minggu, mesti disesuaikan dengan aktivitas masing-masing individu. Jika dia memiliki aktivitas yang tinggi di luar ruang, perawatan yang diperlukan juga harus lebih intensif. Namun, intensif di sini tidak berarti harus berlebihan dengan memakai obat-obatan.

"Perawatan rambut itu sudah dilakukan sejak zaman dahulu. Dulu, orang memakai merang, lidah buaya, dan bahan-bahan alami untuk merawat rambut. Dan, relatif tidak ada masalah dengan rambut orang dulu," ujar Rata. Dulu, orang memakai merang yang dibakar untuk mencuci rambut. Merang bakar mempunyai sifat alkali atau basa. Sedangkan rambut bersifat asam. Ketika mereka bertemu, terbentuklah busa. Namun, setelah dicuci, rambut menjadi kering. Untuk membuat rambut tampak bercahaya dan lembab, dipakailah minyak kelapa.

Sekarang, pada zaman modern, orang memakai cara yang sama untuk merawat rambut. Hanya saja mereka sudah lebih dimudahkan dengan adanya shampo dan kondisioner. Tetapi, Rata tidak menyarankan untuk pemakaian shampo sekaligus kondisioner secara bersamaan. "Shampo yang digabungkan dengan kondisioner memang menghemat waktu orang yang sibuk, tetapi dia tidak akan memberikan manfaat yang maksimal. Lebih baik memakai shampo dulu lalu dibilas dan dikeringkan, baru memakai kondisioner," ujar Rata.

Selain itu, perawatan rambut juga harus diiringi dengan konsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan selenium. Semua vitamin ini bisa didapatkan dari sayuran dan buah-buahan. "Pertumbuhan rambut hanya bisa didukung makanan dari dalam tubuh. Sedangkan penambahan vitamin dengan pemakaian di luar tubuh tidak memberikan hasil nyata," dia menegaskan.

SELAIN kuku dan gigi, rambut merupakan bagian tubuh yang pertumbuhannya sangat cepat. Setiap orang memiliki lebih kurang 100.000 helai rambut di kepalanya. Setiap helai tumbuh dalam waktu sekitar dua hingga enam tahun. Namun, menurut Rata, sesuatu yang tumbuhnya cepat, juga cepat mengalami perubahan jika terjadi goncangan atau mengalami sesuatu.

Contoh rambut mengalami goncangan seperti pada perempuan yang melahirkan. Ketika dia melahirkan, seluruh energi yang ada di tubuhnya dipusatkan pada proses melahirkan. Akibatnya, distribusi makanan ke rambut sempat terhenti untuk beberapa saat. "Akar rambut kekurangan makanan sehingga terhenti proses pertumbuhannya. Tidak lama kemudian, rambut akan rontok," Rata menjelaskan.

Hal sama terjadi pada orang-orang yang mengalami stres, penyakit berat, diradiasi, dan sebagainya. Rambut rontok karena sempat tidak mendapatkan pasokan makanan untuk beberapa saat. Namun, jika jumlah rambut rontok hanya 50-100 helai setiap hari, masih bisa dikatakan normal. Orang yang mengalaminya tidak perlu khawatir karena jika ada rambut rontok, rambut baru akan tumbuh kembali sebab akar rambut masih ada.

Mengenai rambut berketombe, Rata juga mengatakan, rambut berketombe bukan berarti "dunia runtuh"-seperti pada iklan shampo antiketombe-sehingga tidak perlu dikhawatirkan. "Sebenarnya, hanya dengan menggosokkan tanah liat, ketombe pun akan hilang. Ketombe itu disebabkan oleh bakteri yang membuat lemak rambut menumpuk di kulit kepala. Jika kebersihan kulit kepala bisa dijaga dengan baik, maka ketombe akan hilang," ujar Rata.

Rata juga mengingatkan, orang yang produksi lemaknya berlebih biasanya rambutnya akan berketombe. Produksi lemak berlebih bisa dilihat pada kulit wajah. Jika di daerah sekitar hidung tampak mengkilat, berarti dia mempunyai risiko berketombe karena kulit wajah dan kulit kepala sebenarnya menyatu.

"Orang yang kulitnya berminyak sebaiknya menghindari makanan berlemak atau yang berkalori tinggi. Makanan seperti ini merangsang produksi lemak berlebihan. Ingat, kesehatan rambut sangat tergantung dengan makanan yang dikonsumsi," tegas dia.

Mengingat rambut sangat tergantung pada makanan yang dikonsumsi, dari rambut juga akan terlihat apakah makanan yang dikonsumsi sudah bergizi atau belum. "Lihat saja, anak-anak yang kurang gizi biasanya memiliki rambut berwarna kuning dan tipis. Sedangkan anak yang memiliki rambut banyak dan setiap helainya tebal berarti dia kecukupan gizi," Rata menandaskan.

No comments:

Post a Comment